Tidak Seperti Gareth Bale
Romelu Lukaku pernah menjadi bintang utama sebuah serial dokumenter televisi bernama De School Van Lukaku yang artinya "sekolah Lukaku". Acara berita bola ini ditayangkan oleh stasiun televisi berbahasa Belanda bernama Een Network. Seorang pemain sepakbola pada umumnya memang sering sekali mendapatkan kontrak seperti ini, disamping juga menulis buku otobiografi mengenai perjalanan karirnya atau film layar lebar lain. Hal ini dilakukan oleh mereka dengan tujuan untuk mempromosikan diri mereka sendiri selain juga meraup untung dari royalti yang didapatkan piala dunia sebenarnya bergulir.
Serial dokumenter realiti ini mengisahkan perjalanan seorang Romelu Lukaku yang masih remaja dan juga teman - teman sekelasnya selama satu tahun di institut Saint-Gordon, sebuah sekolah berita bola dunia yang terletak di Brussel, Belgia dimana pemain sepakbola yang lahir tanggal tiga belas bulan Mei tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh tiga ini mengenyam bangku pendidikan ketika ia masih berstatus sebagai pemain tim muda Anderlecht. Tidaklah mudah menjalani kehidupan seperti ini lantaran olahraga mengolah si kulit bundar diatas lapangan hijau membutuhkan konsentrasi maksimal dalam pengeksekusiannya.
Selanjutnya pada tahun dua ribu sembilan, serial dokumenter realiti ini melanjutkan kisah hidup seorang Romelu Lukaku dimana disini, sekolahnya mengadakan perjalanan wisata menuju kandang raksasa liga primer inggris, Chelsea yaitu Stamford Bridge. Kebanyakan sekolah berita bola indonesia diluar negeri memang kerap mengadakan wisata jalan - jalan ke negara tetangga tidak seperti disini. Namun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pengetahuan lebih lanjut kepada para anak - anak mengenai struktur organisasi klub berjuluk The Blues tersebut juga sulitnya mengatur stadion sebesar Stamford Bridge sekaligus juga menjadi pahlawan.
Saat ia melihat Stamford Bridge, Romelu Lukaku memberikan komentarnya mengenai markas Chelsea tersebut dengan mengatakan bahwa stadion ini sangatlah megah dan hebat. Pemain sepakbola yang memiliki tinggi badan seratus sembilan puluh sentimeter tersebut kemudian melanjutkan dengan berkata bahwa apabila suatu hari nanti dalam hidupnya ia akan menangis, ia akan menangis pada hari dimana dirinya bermain distadion tersebut. Romelu Lukaku menutup komentarnya dengan mengatakan bahwa ia sangat menyukai Chelsea dan nantinya ia akan bergabung dengan klub itu, walaupun tidak lama.
Romelu Lukaku juga menguasai berbagai macam bahasa. Selain bahasa Perancis dan Belanda yang menjadi bahasa utamanya, pemain sepakbola yang pernah membela Liester, Anderlecht, Chelsea, West Bromwich Albion, dan Manchester United ini mampu berbahasa Inggris, Portugis, Spanyol dan juga dialek daerah Swahili Kongo secara fasih, disamping juga ia mengerti bahasa Jerman. Kebanyakan pemain sepakbola yang sering berpindah - pindah dari satu negara ke negara lain memang alangkah baiknya bisa menguasai bahasa negara tersebut dan tidak seperti Gareth Bale yang hingga kini belum bisa berbahasa Spanyol.
Serial dokumenter realiti ini mengisahkan perjalanan seorang Romelu Lukaku yang masih remaja dan juga teman - teman sekelasnya selama satu tahun di institut Saint-Gordon, sebuah sekolah berita bola dunia yang terletak di Brussel, Belgia dimana pemain sepakbola yang lahir tanggal tiga belas bulan Mei tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh tiga ini mengenyam bangku pendidikan ketika ia masih berstatus sebagai pemain tim muda Anderlecht. Tidaklah mudah menjalani kehidupan seperti ini lantaran olahraga mengolah si kulit bundar diatas lapangan hijau membutuhkan konsentrasi maksimal dalam pengeksekusiannya.
Selanjutnya pada tahun dua ribu sembilan, serial dokumenter realiti ini melanjutkan kisah hidup seorang Romelu Lukaku dimana disini, sekolahnya mengadakan perjalanan wisata menuju kandang raksasa liga primer inggris, Chelsea yaitu Stamford Bridge. Kebanyakan sekolah berita bola indonesia diluar negeri memang kerap mengadakan wisata jalan - jalan ke negara tetangga tidak seperti disini. Namun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pengetahuan lebih lanjut kepada para anak - anak mengenai struktur organisasi klub berjuluk The Blues tersebut juga sulitnya mengatur stadion sebesar Stamford Bridge sekaligus juga menjadi pahlawan.
Saat ia melihat Stamford Bridge, Romelu Lukaku memberikan komentarnya mengenai markas Chelsea tersebut dengan mengatakan bahwa stadion ini sangatlah megah dan hebat. Pemain sepakbola yang memiliki tinggi badan seratus sembilan puluh sentimeter tersebut kemudian melanjutkan dengan berkata bahwa apabila suatu hari nanti dalam hidupnya ia akan menangis, ia akan menangis pada hari dimana dirinya bermain distadion tersebut. Romelu Lukaku menutup komentarnya dengan mengatakan bahwa ia sangat menyukai Chelsea dan nantinya ia akan bergabung dengan klub itu, walaupun tidak lama.
Romelu Lukaku juga menguasai berbagai macam bahasa. Selain bahasa Perancis dan Belanda yang menjadi bahasa utamanya, pemain sepakbola yang pernah membela Liester, Anderlecht, Chelsea, West Bromwich Albion, dan Manchester United ini mampu berbahasa Inggris, Portugis, Spanyol dan juga dialek daerah Swahili Kongo secara fasih, disamping juga ia mengerti bahasa Jerman. Kebanyakan pemain sepakbola yang sering berpindah - pindah dari satu negara ke negara lain memang alangkah baiknya bisa menguasai bahasa negara tersebut dan tidak seperti Gareth Bale yang hingga kini belum bisa berbahasa Spanyol.
Komentar
Posting Komentar